Brutalisme Yahudi dan Kristen Terhadap Islam - 3



Kekhawatiran serupa sudah pernah diungkapkan Ratu Margrethe II dari Denmark, tahun 2005 lalu. Sang Ratu, menuding Islam sebagai ancaman bagi dunia global dan mendesak pemerintahnya untuk tidak bersikap toleran terhadap kelompok minoritas Islam di negara Eropa bagian utara itu. Ratu Margrethe II menyatakan, “Kita harus menunjukkan bahwa kita menentang keberadaan Islam dan kita setiap saat harus menghadapi resiko sebutan yang tidak mengenakkan atas apa yang kita lakukan karena kita menunjukkan ketidaktoleransian kita… Kita ditantang oleh Islam dalam beberapa tahun ini, baik secara global maupun lokal. Islam merupakan tantangan yang harus kita hadapi dengan serius. Kita sudah membiarkan isu ini mengemuka sejak sekian lama karena kita bersikap toleran dan malas.”

Di Denmark terdapat sekitar 200 ribu warga Muslim. Agama Islam di Denmark menjadi agama kedua terbesar setelah agama Kristen Protestan Lutheran. Jumlah imigran di Denmark, mencapai 8 persen dari total populasi negara itu. Kekhawatiran seperti itu tidak saja terjadi di Barat. Di dunia Timur, Rusia, hal itu juga dirasakan. Sebuah laporan yang dikeluarkan harian Washington Times, Amerika menjelaskan, turunnya angka kelahiran penduduk asli Rusia dan bertambahnya jumlah kaum imigran yang berasal dari sejumlah republik pecahan eks Uni Sofyet telah menyebabkan pertumbuhan yang mencolok di kalangan masyarakat Islam Rusia di mana pada pertengahan abad ini akan mencapai lebih dari separoh penduduk Rusia.

Sejak 1989 jumlah kaum Muslim di Rusia telah bertambah hingga mencapai sekitar 45 juta jiwa. Sebagian pengamat memperkirakan, pada tahun 2015, kaum Muslimin akan menjadi mayoritas di dinas ketentaraan Rusia. Paul Glope, spesialis kajian Islam di Rusia sekaligus asisten penelitian di universitas Tarto, Estonia mengatakan, selama 30 tahun ke depan, jumlah warga Rusia yang berasal dari akar Islam akan melampaui jumlah etnis Rusia asli.

Puncak dari semua kekhawatiran itu adalah pernyataan Paus Benedictus XVI di Universitas Regensburg, Jerman 12 September 2006. Paus memaparkan apa yang ia lihat sebagai sebuah perbedaan besar antara Kristen dan Islam:  

Kristen didasarkan atas akal sedangkan Islam menolak akal; Kristen memahami logika dari tindakan-tindakan Tuhan sementara Islam mengingkari bahwa terdapat sejenis logika di dalam tindakan-tindakan Allah SWT.
Untuk membuktikan bahwa Islam tidak menghargai akal, Paus menyatakan bahwa Nabi Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk menyebarkan agama Islam melalui jalan pedang, dan hal tersebut tidaklah rasional karena iman lahir dari dalam jiwa, bukan dari tubuh. Untuk mendukung pendapatnya, Paus mengutip omong kosong seorang kaisar Byzantium akhir abad ke-14, Manuel II Palaeologus: “Tunjukkan kepadaku ajaran baru yang Muhammad bawa, dan pasti kamu tidak akan mendapatkan apa pun kecuali hal-hal yang jahat dan anti-kemanusiaan, seperti perintahnya untuk menyebarkan apa yang dia sampaikan melalui pedang.”

Kata-kata di atas diucapkan Manuel II Palaeologus dalam sebuah perdebatan antara dirinya dengan seorang ulama Muslim asal Persia yang namanya tidak disebutkan. Di tengah panasnya perdebatan tersebut, sang kaisar (berdasarkan ceritanya sendiri) mengucapkan kata-kata tersebut kepada lawan debatnya. Namun peristiwa itu diragukan banyak orang. Jadi, pernyataan seperti dikutip Paus adalah sebuah omong kosong belaka.

Ketika menuliskan kisah bohong di atas, Manuel II Palaeologus adalah kaisar dari sebuah imperium yang sedang sekarat. Dia bertakhta pada 1391, ketika hanya segelintir propinsi yang tersisa dari imperium sebelumnya. Propinsi-propinsi yang masih tersisa ini pun pada masa itu berada di bawah ancaman Turki. Pada masa itu, kekuasaan Turki Utsmani telah mencapai tepi Sungai Danube. Mereka telah menaklukkan Bulgaria dan bagian utara Yunani, dan telah dua kali mengalahkan pasukan bantuan yang dikirim Eropa untuk menyelamatkan Imperium Timur. Pada 29 Mei 1453, hanya beberapa tahun setelah Manuel mangkat, ibukota imperiumnya, Konstantinopel (kini Istamul), jatuh ke tangan orang-orang Turki. Inilah akhir dari sebuah imperium yang telah berkuasa selama ribuan tahun.

Ketika merebut kembali Spanyol dari tangan Muslim, Katolik menciptakan rezim teror keagamaan. Yahudi dan Muslim dihadapkan pada sebuah pilihan yang kejam: menjadi Kristen, dibantai, atau pergi. Dan ke manakah ratusan ribu Yahudi, yang menolak untuk menanggalkan iman mereka untuk berlindung? Sebagian besar dari mereka disambut dengan tangan terbuka di negeri-negeri Muslim. Yahudi Sephardi (Spanyol) hidup di seluruh dunia Muslim, dari Maroko di Barat hingga Irak di Timur, dari Bulgaria (yang kemudian menjadi bagian dari Khilafah Utsmani) di utara hingga Sudan di selatan. Itulah tempat-tempat di mana mereka tidak dibantai. Yahudi yang hidup di negeri-negeri Muslim sama sekali tidak mengenal siksaan-siksaan model Inkuisisi, auto-da-fe, pembantaian massal, dan pengusiran-massal, yang terjadi di hampir seluruh negeri Kristen, hingga terjadinya peristiwa Holocaust.

Lalu, mengapa Paus mengutip kembali omong kosong Manuel II Palaelogus yang provokatif itu? Tentu dengan maksud tertentu. Yaitu, untuk melayani kepentingan Amerika yang punya cita-cita hendak mempersatukan kembali dunia Kristen untuk melawan apa yang disebutnya “Poros Setan” Muslim.

Majalah Mujtama' asal Kuwait edisi No 1521 (28 Rajab 1423 H atau 5 Oktober 2002 M), memuat sebuah dokumen yang mereka sebut sebagai surat Gloria Macapagal Arroyo (Presiden Filipina). Surat itu ditujukannya kepada George W Bush.

Isi suratnya, antara lain berupa usulan Arroyo kepada Bush membentuk Aliansi Kristen di Asia Tenggara dan Asia Pasifik secara umum. Melalui suratnya itu Arroyo menunjukkan bahwa pemerintahnya serius dan setia mendukung Bush dalam rangka perang anti-terorisme. Arroyo tanpa ragu-ragu dalam suratnya meminta bantuan dana, persenjataan, dan dukungan politik guna menumpas jaringan dan gerakan Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Indonesia akan dimasuki melalui pintu Poso dan Ambon, dengan memanfaatkan konflik yang terjadi.

Tampaknya Islam tidak sekedar dijadikan satu-satunya musuh bersama bagi Barat-Kristen, tetapi ada kebutuhan untuk menghancurkan Islam di Asia Pasifik dan dunia Islam secara keseluruhan, dengan menciptakan momentum perang global melawan terorisme. Mereka menjadikan gerakan Islam yang selama ini konsisten ingin menerapkan ajaran agamanya secara baik sebagai sasaran tembak.

Dalam rangka menutupi hasrat politik dan ideologis Arroyo (dan Bush) tersebut, dimunculkanlah isu Jama’ah Islamiyah, Negara Islam Nusantara, Jihad sebagai Ideologi Radikal, Poligami Diskriminasi Kaum Perempuan, dan sebagainya.

Ini ibarat perampok teriak maling. Semangat Arroyo ternyata juga paralel dengan wacana yang diangkat Frans Seda, tokoh Katholik paling senior dan paling berpengaruh di Indonesia. Ketika ia memprotes rencana eksekusi mati Tibo dkk, yang muncul dari benaknya adalah ancaman mendirikan Negara Timor Raya yang Katholik. Ancaman itu berhenti ketika aparat intel organik mengancam balik Frans Seda di rumahnya, untuk dihabisi.
Jadi siapa bilang kasus pembantaian terhadap umat Islam di Iran, Iraq, Palestina, Ambon (Maluku), Poso, Sampit dan sebagainya sekadar ekspresi dari Islamophobia?
Bukan! Ini bagian dari perang salib yang diskenariokan Yahudi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)