Inilah dua teori dalam kalangan Islam mengenai wafatnya Isa as



Penyaliban Isa as sampai saat ini masih hangat dibicarakan begitu juga mengenai existensi Yudas Iskariot, salah satu murid Isa as yang berperan penting dalam kasus ini. Terdapat beberapa masalah ganjil yang dikritisi umat muslim yang mau berfikir. Diantaranya adalah mengapa ada ketidakjelasan dalam Injil mengenai ini dan seolah-olah argumen dan gaya bahasanya dibuat-buat dengan menyingkirkan saksi yang melaporkan kepada periwayat, padahal kitab inilah yang seharusnya merinci tentang penyaliban tersebut? Mengapa Yudas dianggap sebagai penghianat sehingga tidak ada manusia yang dijuluki ‘si Yudas’? Mengapa pula Yudas diangkat sebagai salah satu dari dua belas orang murid Isa as (Hawariyyun), padahal hawariyyun adalah orang-orang yang terpilih untuk menjadi murid Isa as dan sudah mengatakan sumpah pengabdian kepada Isa as.

Teori yang berkembang

Ada dua teori dalam kalangan Islam mengenai wafatnya Isa as. Teori pertama mengatakan bahwa Isa as tidak wafat dan tidak disalib, melainkan Isa as diangkat oleh Allah ke langit untuk diselamatkan dari kejaran tentara Romawi yang hendak menangkapnya untuk disalib.

Allah berfirman mengenai penyaliban Isa as:
“dan karena Ucapan mereka: ‘Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah’, Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (Qs. An-Nisa: 157)
Ayat ini menjelaskan bahwa Isa as tidak disalib, melainkan orang lainlah yang disalib. Hal ini paralel dengan ayat Alkitab yang membuktikan bahwa bukan Isa as yang disalib, dalam Injil Matius 27:46 “Kira-kira jam tiga berserulah Isa as dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Jika kita berfikir lebih dalam, mengapa bisa seorang Isa as ditinggalkan oleh Allah, padahal dirinya sendiri adalah Allah.

Lalu Allah berfirman:
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Qs. An-Nisa: 158)
Sementara teori kedua menjelaskan bahwa Isa as memang disalib, namun beliau tidak mati di kayu salib melainkan sebelum mati, sudah diturunkan karena menghormati hari sabat.
“(Isa as berkata) Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu) ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’ dan aku menjadi saksi atas mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkanku (tawaffaytani) Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau-lah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu” (Al-Maidah: 117)
Dalam penggalan ayat tersebut terdapat kata tawaffaytani yang berarti ‘mewafatkanku’. Kata itu sama makna aslinya dengan kata-kata lain yang serupa dengannya seperti pada ayat 32:11, 4:97, 8:50. Maka anggapan bahwa Isa as diangkat ke langit dengan maksud Allah menolong Isa as menjadi gugur. Penjelasan yang logis yaitu Isa as berada di tiang salib namun tidak mati di tiang salib.

Adalah Pilatus, seorang gubernur yang kala itu berkuasa yang merasa bahwa Isa as adalah seorang yang istimewa dengan berat hati mengabulkan permintaan rakyatnya yang ingin Isa as disalib. Maka dengan strategi Pilatus, Isa as berhasil selamat dari kematian di tiang salib.

Pilatus sengaja memutuskan penyaliban Isa as pada hari Jum’at tengah hari seperti dikutip dalam Injil Matius 27 : 46 yang menjelaskan keadaan Isa as pada waktu disalib:

“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga”

Hal ini agar Isa as tidak mati dalam penyaliban. Perlu diketahui bahwa seorang yang disalib harus mati dalam keadaan dipasung dalam kayu salib setidaknya selama tiga hari. Hukuman mati seperti ini sangatlah menyakitkan, karena memerlukan waktu yang lama untuk mati.

Hari sabat adalah hari yang suci bagi umat Kristiani – kala itu. Jadi pada hari sabat tidak diperbolehkan adanya hukuman mati karena akan menodai kesucian hari sabat. Sementara Isa as yang disalib pada hari Jum’at siang harus diturunkan sebelum petang karena petang sudah masuk hari sabat dalam kalender Yahudi. Dengan itu Isa as tidak mati di tiang salib. Lalu bagaimana dengan hukuman matinya?

Saat Isa as mengalami penyaliban, ia tidak sendiri melainkan bersama dua orang penjahat yang disalib bersama dengannya. Dengan waktu disalibnya yang singkat itu – yakni selama tiga jam, dua orang tersebut masih sadar dalam penyalibabnya sehingga membuat tentara Romawi mempercepat kematian keduanya dengan cara mematahkan kaki mereka yang menyangga tubuh mereka. Namun Isa as yang saat itu diturunkan bersamaan dengan keduanya telah pingsan atau dipingsankan oleh Allah sehingga membuat tentara Romawi menganggapnya telah mati.

Dalam Injil dijelaskan :
"Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya." ( Yoh. 19:33).

"Pilatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala serdadu dan menanyakan kepadanya benarkah Yesus sudah mati." (Markus 15 : 44 ).
Sejauh yang penulis ketahui, pendapat ini juga didukung oleh Syaikh Ahmed Deedat dalam bukunya, Cruxifition or Cruxi-Fiction. Ia mengatakan bahwa Isa as memang disalib, namun ia tidak mati di kayu salib. Pengertian orang yang disalib adalah orang yang mati di tiang salib. Isa as, sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur’an tidak di salib, ini berarti Isa as tidak mati di tiang salib walau pun ia berada disana. Sementara kata Syubbi lahum dalam Al-Qur’an dapat bermakna diserupakan dengan orang mati.

Keganjilan Yudas ‘si pengkhianat’

Hal ganjil lain dalam kasus ini adalah mengapa Yudas Iskariot dianggap sebagai orang yang paling bersalah sehingga ia dianggap sebagai penghianat. Yudas adalah salah satu dari dua belas orang murid terpercaya Isa as untuk berdakwah menyebarkan Tauhid dikalangan Bani Israel yang kala itu sudah jauh dari asas ketuhanan dan banyak melakukan bid’ah dengan nama Allah.

Sehubungan dengan hal ini, sebenarnya Al-Qur’an tidak menyinggung tentang penghinatan Yudas. Justru sebaliknya, Al-Qur’an telah memberitakan Yudas adalah seorang yang sangat taat kepada Isa as dan Allah karena ia adalah salah satu dari Hawariyyun yang dipuji Allah dan ketaannya diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".(Al-Maidah:111)

Ayat diatas menunjukan keimanan Hawariyyun dan kepatuhan mereka terhadap Isa as. Ayat ini juga menjadi bukti bahwa Yudas bukanlah seorang penghianat. Tidak mungkin seorang yang dipuji Allah kesetiaanya dan diabadikan dalam Al-Qur’an adalah seorang pengkhiat. Bahkan lebih jauh lagi Allah memuji mereka dalam ayat lain;

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berserah diri.

Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah Kami ikuti rasul, karena itu masukanlah Kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (Ali Imran:52-53)

Melalui ayat diatas, dapat dipahami bahwa Al-Qur’an telah memberi keterangan tentang suatu peristiwa dimana Isa as terdesak, yakni saat bani Israel menolak secara terang-terangan ajaran Isa as. Saat itu Isa as meminta diatara pengikutnya untuk menjadi penolong dalam menegakkan agama Allah, lalu datanglah dua belas orang untuk bersedia menjadi penolong Isa as dan mereka disebut Hawariyyun oleh Allah.

Menurut Sayyid Muhammad Husaini Tabathaba’i dalam al-mizan fi Tafsiri Qur’an, kata Hawariyyun berasal dari kata Huur yang artinya sangat putih. Hawariyyun dapat dimaknakan orang-orang yang hati dan keimanannya sangat putih, jauh dari kekafiran apalagi pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Namun yang menjadi bukti paling kuat bahwa Yudas bukanlah penghianat adalah peristiwa yang terjadi di Getsemani, tempat di mana berkumpulnya para imam Yahudi yang bermusyawarah merencanakan pembunuhan Isa as. Pada malam itu, Yudas pergi ke tanah Getsemani untuk memberitahukan kapada para imam Yahudi bahwasannya Isa as siap berdamai kepada mereka setelah terjadinya kerusuhan di Yerusalem yang disebabkan ketidak-ridhoannya para imam dengan pengikut Isa as.

Dalam riwayat injil Matius mengatakan bahwa Yudas telah menerima imbalan sebesar ‘tiga puluh uang perak dan tiga puluh keping emas’ untuk memberitahukan tempat Isa as bersembunyi. Negosiasi yang terjadi antara Yudas dengan para imam Yahudi kala itu berlangsung cukup alot. Redaksi yang dimuat dalam Injil menyebutkan bahwa Yudas bersedia menerima negosiasi tersebut. Akan tetapi benarkah Yudas menerima negosiasi begitu saja? Jawabannya tidak. Jika dibandingkan dengan jabatan Yudas sebagai bendahara Isa as, imbalan tersebut tidaklah seberapa.

Dalam riwayat Yohanes dikisahkan;
Maka Yesus, yang tahu semua akan menimpa dirinya maju kedepan dan berkata kepada mereka: “siapakah yang engkau cari?”

Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Katanya dengan mereka: “Akulah dia.” Yudas yang menghianati dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.

Ketika ia berkata kepada mereka: “Akulah dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. (Yohanes 18:4-6)
Apabila diperhatikan kalimat “Maka Yesus, yang tahu semua akan menimpa dirinya maju kedepan dan berkata kepada mereka: siapakah yang engkau cari?”, maka akan timbul pertanyaan, mungkinkah Isa as tidak tahu siapa yang dicari oleh mereka? Mungkinkah para imam tidak tahu siapa yang mereka cari? Padahal yang bertanya adalah objek mereka.

Dan dengan aneh mereka menjawab “Yesus dari Nazaret”. Bukankah seharusnya mereka menjawab “Kamu” karena tidak mungkin mereka yang terdiri dari para imam tidak tahu seperti apa rupa yang mereka cari.

Peristiwa yang juga mengherankan adalah ketika Isa as menjawab:
”Akulah dia” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.

Ada apa dengan kalimat “Akulah dia” sehingga mereka mundur dan jatuh ke tanah? Atau peristiwa apakah yang menyebabkan mereka terkejut sehingga mundur dan Jatuh ke tanah?

Setalah Yesus menjawab “Akulah dia” sehingga mereka mundur dan jatuh ke tanah, maka Yesus bertanya lagi:

Maka ia bertanya pula: “siapakah yang kamu cari?”

Kemudian mereka menjawab lagi: “Yesus dari Nazaret”

Jawab Yesus: “telah kukatakan kepadamu, akulah dia. Jika aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” (Yohanes 18:7)
Sungguh mengherankan, mengapa Isa as harus mengulang pertanyaannya? Mengapa sampai saat itu mereka belum memahami ucapannya? Mengapa peristiwa tanya jawab sederhana ini tiba-tiba menjadi sebuah dialog dengan konteks yang tidak lagi relevan dan rasional?

Sebenarnya beberapa penjelasan mengenai pertanyaan ini, dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang terjadi sebenarnya tidak disampaikan menurut kejadian yang sebenarnya sehingga teks kisah ini menjadi amburadul. Untuk memahami atau menjawab semua keganjilan ini dibutuhkan sebuah pemahaman yang tajam dengan didukung oleh referensi yang penting dan relevan. Allah telah berfirman:
Dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (Annisa: 157)
Secara jelas, Al-Qur’an telah menyatakan bahwa Isa as tidak pernah dibunuh atau pun disalib. Dapat disimpulkan, apabila Isa as tidak pernah dibunuh atau disalib, maka ia tidak pernah tertangkap. Jika hanya ia tertangkap, maka kecil kemungkinannya untuk disalib atau dibunuh. Kemudian Al-Qur’an menyatakan lagi bahwa orang yang dibunuh dan disalib itu adalah orang yang diserupakan dengan Isa as. Artinya, orang yang ditangkap di Getsemani itu bukanlah Isa. Lalu siapakah yang mengaku-aku sebagai Yesus dari Nazaret itu?

Jika dicermati, maka jawaban mereka “Yesus dari Nazaret” mengidikasikan bahwa orang yang bertanya bukanlah Yesus (Isa as). Seperti dijelaskan, apabila yang bertanya adalah Isa as sendiri, maka para imam akan menjawab “Kamu”. Sebab para imam telah mengenal betul sosok Isa as karena mereka sudah sering bertemu di Yerusalem untuk beribadah. Kemudian yang tak kalah penting, bagaimana pertanyaa itu terjadi berulang-ulang lalu dijawab dengan jawaban yang sama, yaitu “Yesus dari Nazaret”, seolah-oleh para imam ingin dibuat lebih percaya terhadap omonganya.

Pada kenyataannya, Injil Yohanes sendiri hanya menyebutkan satu nama dari sekian banyak orang yang hadir di tempat itu, yakni “Yudas yang menghianati dia” atau Yudas Iskariot.

Paragraf selanjutnya yang lebih penting adalah 
“Ketika ia berkata kepada mereka: “Akulah dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.” Kalimat inilah yang harus diperhatikan, karena kalimat ini menunjukan sikap terkejut para imam. Jika kalimat itu hanya berhenti pada “Yesus dari Nazaret”, maka masih bisa diterima karena tidak menunjukan sikap yang aneh para imam. Dengan kalimat berikutnya, dapat diartikan mereka sangat terkejut dan ketakutan karena orang yang bertanya dan mengaku-aku Isa as bukanlah Isa as yang mereka ketahui melainkan orang lain. Orang-orang itu tidak dapat menafikan penglihatan mereka yang mungkin baru beberapa saat saja menyaksikan bahwa orang yang tadi berkata bukanlah Isa as. Lalu bagaimana mungkin dalam sekejap mata orang ini tiba-tiba menjadi Isa as? Artinya kenyataan inilah yang membuat mereka mundur dan terkejut yang mengakibatkan mereka jatuh ke tanah. Maksudnya, setelah menyaksikan orang yang bertanya itu tiba-tiba menjadi serupa dengan Isa as, mereka tidak bisa percaya sehingga mereka merasa ketakutan untuk beberapa saat, mundur dan terjatuh.
Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa orang yang bertanya dan mengaku-aku Isa as adalah Yudas Iskariot yang saat itu memang hadir bersama mereka. Yudas dengan rasa kesetiaan yang tinggi ingin menyelamatkan Isa as dari pembunuhan itu dan rela bekorban demi keselamatan Isa. Karena dalam Ijil, kalimat berikutnya adalah “Jawab Yesus: “telah kukatakan kepadamu, akulah dia. Jika aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” (Yohanes 18:7)”
Jadi, anggapan selama ini mengenai Yudas Iskariot telah salah bagi kebanyakan orang. Yudas yang sejatinya menyelamatkan Yesus berkat kesetiaaan yang tinggi dan pengorbanan nyawanya telah tertangkap dan disalib oleh mereka. Ingatlah bahwa imam Yahudi tetap meragukan tentang siapa yang disalib itu karena awalnya yang mereka lihat bukanlah Isa as, melainkan orang lain yang dalam sekejap berubah menjadi serupa dengan Isa as (lihat Annisa:157). Namun dengan perubahan, atau mungkin ketidak tahuan periwayat Injil mengenai ini, periwayat menuliskan Yesus yang ditangkap dan disalib. muslimdaily.net )

Wallahu ‘alam ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)