Maulid Nabi dan Keteladanan Rasulullah SAW



Hari ini, tanggal 12 Rabiul Awal. hari-hari sebelum tanggal 12 Rabiul Awal dan hari-hari sesudah tanggal 12 Rabiul Awal umat Islam di berbagai tempat di seluruh dunia, terutama di Indonesia, mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, atau biasa disebut Maulid Nabi. Peringatan itu lazim diselenggarakan dengan menampilkan dai-dai dan ulama kondang. Mereka satu per satu menjelaskan kepada hadirin tentang segala hal yang terkait dengan Rasulullah SAW. Misalnya tentang akhlak, perilaku, dan perjuangan, dan sejarah hidup beliau.

Meskipun tergolong bid'ah, namun peringatan Maulid Nabi tergolong bid'ah hasanah. Dalam arti, peringatan Maulid Nabi belum ada ketika Rasulullah masih hidup. Peringatan itu baru diselenggarakan ratusan tahun setelah beliau wafat. Ada beberapa versi mengenai awal mula diselenggarakan Peringatan Maulid Nabi. Namun, yang paling masyhur peringatan Maulid Nabi digagas pertama kali oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1137-1193).

Alkisah, umat Islam, terutama tentara Islam sudah mulai putus asa menghadapi tentara Nasrani dalam berbagai peperangan (Perang Salib). Lalu Sultan Salahuddin memerintahkan para ulama agar memberi semangat kepada umat Islam. Caranya, dengan pidato-pidato di depan masyarakat banyak yang menjelaskan tentang perjuangan Nabi Muhammad SAW pada hari-hari menjelang kelahiran beliau. Hasilnya, semangat juang umat Islam pun bangkit. Dalam berbagai medan perang, mereka pun meraih kemenangan.

Berangkat dari latar belakang seperti itulah, para ulama kemudian menjadikan peringatan Maulid Nabi sebagai tradisi. Dan, kita tentu sangat baik bila mengikuti tradisi itu. Dalam peringatan-peringatan Maulid Nabi yang kita selenggarakan sekarang ini, kita harapkan semangatnya tidak bergeser dari zaman Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Yakni: mengobarkan semangat umat Islam. Semangat yang dimaksud tentu bukan untuk berperang melawan musuh secara fisik. Sebab musuh secara fisik mungkin sudah tidak diperlukan.

Tapi musuh-musuh dalam bentuk lain kini semakin merajalela dan siap menghadang. Musuh-musuh kita itu adalah kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, sikap emosi, dan berbagai perilaku yang menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan berabagai perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam itu lebih banyak lahir justru karena kita kurang meneladani Rasulullah SAW.

Kecintaan kita kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW memang belum luntur atau bahkan mungkin semakin bertambah. Sebagai misal, kita marah ketika Nabi Muhammad SAW dilecehkan dan dihinakan. Sikap demikin tentu terpuji dan merupakan bentuk dari cinta kita kepada Rasulullah SAW.

Tapi, hanya marah ketika Nabi Muhammad SAW dihinakan tentulah belum cukup. Kecintaan kepada Rasulullah SAW harus pula disertai dengan meneladai perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah agama sudah mengajarkan bahwa pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik? Jujur harus kita akui bahwa perilaku sehari hari kita masih jauh dari teladan beliau.

Sebagai contoh, kita masih sering emosional dan tidak sabar, kita masih sering menyakiti anggota keluarga suami/istri dan anak-anak dan tetangga serta teman. Kita masih sering mementingkan diri sendiri dan tidak toleran kepada orang lain. Banyak dari kita belum peduli kepada yatim-piatu, fakir-miskin (dhuafa), dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Banyak dari kita juga masih mengambil yang bukan hak: Korupsi, mencari nafkah tidak halal, dan bahkan memperkaya diri sendiri. Banyak dari kita masih belum menjadikan kehadiran diri sebagai rahmat (manfaat) bagi orang lain. Intinya, kita masih belum menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi kehidupan sehari-hari.

Karena itu, kecintaan kepada Rasulullah harus kita wujudkan dalam meneladani beliau. Ya dalam berperilaku, dalam berekonomi, berpolitik, bersosial, berbudaya, dan seterusnya. Kita yakin bangsa dan negara akan bertambah baik bila kita semua pemimpin dan rakyat mengikuti teladan Rasulullah SAW. (RioL )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)