Jalan Iblis Laknat



Tidak setiap Muslim boleh dan berhak mengklaim seseorang atau suatu aliran sesat tanpa cukup bukti akurat, yang dibenarkan oleh Lembaga Ulama atau Lembaga Fatwa yang terpercaya.

Yang berhak menyatakan sesat tidaknya suatu aliran atau firqah yang mengaku Islam hanya Lembaga Ulama yang terdiri dari personil-personil Ulama yang benar-benar memahami Islam sertamengamalkannya. Di negeri Pancasila ini, bermacam-macam aliran yang mengaku Islam atau dengan embel-embel Islam, di antaranya Jaringan Islam Liberal (JIL). Ulama di Indonesia telah menyatakan faham mereka sesat. Dikatakan bahwa kesesatan mereka diilhami oleh guru besar kesesatan yaitu Iblis la'natullah 'alaih. Karena itu JIL diplesetkan dengan "Jalan Iblis Laknat".

Memang masih banyak yang belum tahu tentang apa dan siapa JIL ini. Terutama di daerah-daerah pedalaman, khususnya kalangan yang kurang mampu mendapatkan informasi terkini, terutama mengenai hal yang berkaitan dengan aliran-aliran yang mengaku Islam yang perlu diwaspadai.

Namun yang sudah tahu cukup banyak, terutama kalangan terpelajar tertentu. Apa lagi berbagai media cetak Islam sudah sering mengungkapkan apa sesungguhnya JIL itu, bagaimana pahamnya, kesesatan berupa apa saja yang dipasarkannya dan seterusnya dan seterusnya. Hampir tak ada media Islam yang menyatakan paham Islam Liberal itu yang tidak ngawur dan sesat. Bahkan Forum Ulama Umat Islam (FUUI) di bawah kepemimpinan KH Athain Da'ii, MA telah mengeluarkan semacam fatwa hukuman mati terhadap Ulil Absar Abdalla, salah seorang pentolan kelompok tersebut gara-gara tulisannya yang menyesatkan kalangan awam.

Lalu timbul pertanyaan, menurut kacamata Islam bagaimana sesungguhnya status para pendukung JIL itu? Kafirkah atau munafik?

Umat beriman pada hakikatnya bersaudara. Maka kalau saudara kita hampir terjatuh ke dalam sebuah lembah maut yang mengerikan, kita sangat dituntut menyelamatkanriya. Dan andaikata ia sudah benar-benar terperosok ke dalammya, sikap yang islami bukan mencaci maki atau memburuk-burukkannya, melainkan mendoakannya, semoga Allah mengampuninya.

Begitulah juga dengan kelompok yang menamakan diri JIL ini. Karena Ulama telah menyatakan kesesatan mereka, sikap yang islami dalam hal ini tentu bukan mengejek-ejek mereka, tetapi mengingatkan mereka akan kekeliruan dan kesesatan mereka itu, Kalau mereka mau mengoreksi diri, alhamdulillah, mereka beruntung, kita pun berpahala. Sebaliknya kalau mereka malah bersikap arogan, merasa benar dan tak mau diingatkan, berarti kita telah menjalankan perintah Allah dan sunnah Nabi, merekalah yang rugi.

Dalam konteks ini, jika kita ingin tahu apakah kelompok JIL itu termasuk munafik atau bukan, kita harus kembali membuka definisi munafik. Al Quran sengaja tidak membuat definisi yang jelas dan tegas terhadap munafiq. Hanya secara bahasa, kemunafikan (nifaq) berarti lubang tempat keluarnya yarbu (binatang sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lubang yang satu, ia akan keluar dari lubang yang lain. Tetapi ada pula ahli bahasa yang berpendapat, kata nifaq berasal dari kata yang berarti lubang bawah tanah tempat bersembunyi. (AI-Mu'jamui wasith 2/942).

Adapun nifaq menurut istilah syara' ialah memperlihatkan keislaman dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Nah! Apakah kelompok JIL termasuk memperlihatkan keislaman dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan serta kesesatan, wallahu a'lam, Allah dan mereka sendirilah yang lebih tahu.

Kemunafikan dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu kemunafikan dalam akidah (nifaq i'tiqadi) dan kemunafikan dalam perbuatan (nifaq amali). Nifaq I’tiqadi adalah nifaq besar. Pelakunya menampakkan keislaman, tetapi di dalam hatinyatersimpan kekufuran dan kebencian terhadap Islam. Nifaq jenis ini bisa dari manusia yang memang kafir (non-muslim), lalu berpura-pura masuk Islam, seperti Abdullah bin Ubay bin Salul yang masuk Islam di hadapan Nabi Muhammad SAW, tetapi hatinya sebenarnya membenci Islam, dan ia mati dalam keadaan kafir.

Allah menjelaskan beberapa sifat kaum munafik i'tiqadi tersebut antara lain kekufuran, tiada iman, mengejek-ejek Allah dan mencaci maki Islam. Mereka juga berpihak kepada musuh-musuh Islam dan bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Jenis kemunafikan seperti ini menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari Islam dan di akhirat kelak tempatnya di dalam kerak Neraka. Nifaq jenis inilah yang dimaksudkan di dalam firman Allah:  
"Sesungguhnya orang-orang munafik berada di dalam kerak Neraka." (QS an-Nisa : 145).
Sebagian sifat-sifat munafik disebutkan dalam firman Allah yang artinya,  
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidakiah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya..." (QS An-Nisa: 142-143)
Bagi orang yang akidahnya belum rusak, sesat merupakan sesuatu yang sangat ditakuti. Maka mereka berhati-hati dan selalu melakukan interopeksi, apakah mereka termasuk kelompok sesat atau tidak. Kaum munafik jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman, termasuk zaman kita kini. Tetapi apakah kelompok JIL termasuk di dalamnya atau tidak, biarlah hati mereka sendiri yang menjawab. Sebab kalau yang menjawab hanya lidah, yang namanya lidah bisa bahkan seringkali bersilat. Putih dikatakan hitam, hitam dikatakan putih. Manusia bisa saja dikelabui, tetapi Allah tentu tidak.

Untuk itu, kelompok JIL harus bertanya kepada nurani mereka sendiri, apakah kesesatan-kesesatan yang mereka pasarkan itu mereka sadari atau tidak. Kalau mereka sadari, alangkah beruntungnya mereka jika mereka bertobat sebelum ajal tiba. Sebab kalau pencabutan nyawa telah dilakukan, kesempatan bertobat sudah tak ada lagi dan penyesalan sudah tak bermanfaat sama sekali.

Termasuk orang yang paling malang ialah orang yang tak merasa berdosa dan tak takut akan azab Allah, mengubah-ubah ketentuan Allah yang sebagian sudah baku. Apa lagi kalau disosialisasikan kepada public.

Mudah-mudahan para pendukung JIL itu ditunjuki Allah ke jalan yang benar dan disadarkan Allah bahwa mereka bukan hanya telah sesat, tetapi justru menyesatkan pula. Tidak ada yang dapat menunjuki mereka kecuali Allah. Dan mudah-mudahan mereka tidak termasuk munafik i'tiqadi yang pada hari berbangkit nanti, dilemparkan ke dalam kerak neraka. Na 'udzu billah min zaalik! 
(amanahonline)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)