Masihkah kita berpikir terkotak-kotak oleh nasionalisme yang menghalangi pembelaan kita terhadap saudara-saudara kita yang tertidas



Beberapa hari lagi kita akan merayakan hari raya Idul Adha atau hari raya Kurban. Sudah sepatutnya kaum Muslim di seluruh dunia bergembira menyambut hari raya Ied. Sayangnya, kita merayakan Idul Adha tatkala seluruh kehormatan dan kemuliaan yang telah dilekatkan oleh Rasulullah saw pada umat ini telah dinodai oleh orang-orang kafir. 

Darah umat Islam yang menjadi simbol kehormatan dan kemuliaan mereka, ditumpahkan di depan mata mereka tanpa pembelaan sedikit pun. Contoh paling gamblang adalah pembantaian yang dilakukan kaum Yahudi terhadap umat Islam Palestina, pembantaian dan kebiadaban tentara Rusia terhadap umat Islam Chechnya, pembantaian dan kebiadaban orang-orang Hindu-India terhadap umat Islam Gujarat, dan pembumihangusan bumi Afganistan oleh pasukan Amerika. Terhadap kasus-kasus tersebut, tidakkah terlihat bahwa umat ini tidak lagi mempunyai pembela, yang menjaga kehormatan dan memelihara martabat mereka? Di manapun umat Islam berada, mereka menjadi santapan yang dikelilingi oleh umat dan bangsa lain, laksana srigala-srigala buas nan lapar yang tengah mengintai dan mengepung sekawanan domba. Rasulullah saw. telah menggambarkan kondisi semacam itu dalam hadisnya:

“Kalian benar-benar dikelilingi oleh berbagai umat/bangsa lain, persis sebagaimana kalian mengelilingi hidangan, dimana mereka mengambil (makanan) darinya.” (HR Ahmad dari Tsauban).

Lebih menyedihkan lagi, para penguasa kaum Muslim yang seharusnya menjadi pengayom dan pembela mereka, telah bekerjasama dengan orang-orang kafir untuk menodai kehormatan dan kemuliaan kaum Muslim. Ketika orang-orang kafir imperialis yang dipimpin oleh Amerika mengobarkan Perang Salib, yang mereka sebut sebagai Perang Melawan Terorisme, mereka justru turut serta melakukan pengejaran, penangkapan dan penyiksaan terhadap sisa-sisa pengikut Taliban-yang notabene adalah kaum Muslim juga-di Afganistan. Penguasa-penguasa kaum Muslim pun ikut latah menuduh apa yang mereka sebut Jamaah Islamiyah sebagai bagian dari jaringan al-Qaidah, tanpa mengetahui wujud dan bentuknya, lalu memasukkannya sebagai organisasi teroris. Dengan dalih yang sama, mereka bersedia menjadi eksekutor rancangan Amerika untuk menghancurkan saudara mereka sesama Muslim di Irak. Belum lagi sejumlah penangkapan terhadap para aktivis Muslim di sejumlah negeri-negeri Islam. Seluruh konspirasi kotor dan menjijikkan ini mustahil bisa terwujud jika negara-negara kafir imperialis itu tidak mempunyai kaki tangan di kalangan umat ini. Padahal, Rasulullah saw. telah berpesan:

“Orang-orang Mukmin itu darahnya sama. Mereka bagaikan tangan (yang membela sesama mereka) terhadap orang lain (musuh-musuh mereka), selain mereka; dengan jaminan (tanggungjawab) mereka, orang-orang yang lebih rendah daripada mereka akan memperoleh perlindungan. Ingatlah, sesungguhnya seorang Mukmin tidak boleh dibunuh, karena orang kafir.” (HR an-Nasa’i dari ‘Ali).

Tidak cukup dengan itu, harta-benda dan kekayaan alam umat Islam pun, yang seharusnya menjadi kehormatan dan kemuliaan mereka, telah dikeruk, dijarah, dan dirampok di depan mata kaum Muslim dan para penguasanya tanpa ada pembelaan sedikitpun dari para penguasa mereka. Para penguasa Muslim memberikannya kepada orang-orang kafir imperialis atas nama privatisasi, konsesi, kontrak karya, penanaman modal asing, dan semacamnya. Semua itu menunjukkan ketidakberdayaan dan kehinaan kita sebagai umat Islam di depan orang-orang dan negara-negara kafir. Padahal, harta-harta itu merupakan kehormatan dan kemuliaan yang harus kita pertahankan. Rasulullah saw. telah berwasiat di dalam khutbah ‘Arafahnya:

“Wahai para manusia, sesungguhnya, darah-darah kalian dan harta-harta kalian merupakan kemuliaan bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari kalian ini, di bulan dan di negeri kalian ini.” (HR Muslim dari Jabir).

Kekayaan dan sumber alam yang dimiliki oleh kaum Muslim merupakan harga diri mereka. Mereka akan sangat terhina jika harga diri mereka dinodai, diinjak-injak, dan dijarah di depan mata mereka tanpa dibela oleh pihak yang seharusnya memberikan pembelaan dan penjagaan. Sungguh, kenyataan seperti itu bertolak belakang dengan sikap sahabat-sahabat Rasulullah saw.

Tatkala posisi kaum Muslim terjepit oleh kepungan pasukan Ahzab dan persekongkolan jahat kaum Yahudi dengan koalisi Quraisy yang kafir, muncul usulan untuk mengurangi tekanan terhadap kaum Muslim di kota Madinah dengan cara memberikan kompensasi hasil kurma Madinah kepada orang-orang kafir itu. Akan tetapi, salah seorang pemuka Anshar menolak dan berkata kepada Nabi saw.:

“Wahai Rasulullah, ketika kami dan kaum itu sama-sama masih menyekutukan Allah, menyembah berhala, tidak menyembah Allah dan mengenal-Nya, mereka saja tidak berani memakan kurma dari kebun (kami di) Madinah, kecuali sebagai jamuan (untuk tamu) atau (dengan cara) membelinya. Apakah ketika kami telah dimuliakan oleh Islam, ditunjukkan pada jalannya, dan dimuliakan dengan (kehadiran) engkau dan Islam ini, lalu kami harus memberikan harta kami kepada mereka? Demi Allah, kami tidak membutuhkan ini. Demi Allah, kami tidak akan memberikan kepada mereka selain pedang, sehingga Allahlah yang akan memutuskan (siapakah yang menang) di antara kami dan mereka." (HR Ibn Hisyam dari Ibn Syihab az-Zuhri).

Demikianlah, sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh para penguasa kaum Muslim, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Sa’ad bin Mu’âdz di depan Rasulullah saw. Yaitu bersikap ‘izzah (mulia) di depan negara-negara kafir. Bukan tunduk dan patuh, menunjukkan kehinaan dan hilangnya martabat sebagai kaum Muslim.

Sungguh, kehinaan demi kehinaan, serta pertumpahan darah dan penjarahan kekayaan alam umat ini semata-mata terjadi karena Islam telah dijauhkan dari kehidupan mereka. Islam telah diubah sebagai agama ritual di masjid-masjid, atau agama seremonial dalam perayaan-perayaan tertentu. Sementara itu, para ‘ulama’ mereka telah dikebiri hanya sebagai pemberi nasihat yang kering lagi membosankan, yang terbatas hanya menjelaskan seputar urusan haid, nifas, nikah, talak, waris, urusan rumah tangga, qalbu, dan sejenisnya.

Pemikiran mereka jumud, seperti buku yang ada di rak-rak perpustakaan, sehingga berbagai upaya penyesatan yang sengaja dirancang oleh orang-orang kafir imperialis dengan kaki tangan mereka dengan maksud untuk menghancurkan Islam dan umatnya tidak bisa mereka baca. Penyesatan politik, intelektual dan kultural, berlangsung begitu saja, sementara mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang ikut tersesatkan sebagai akibat dari kejumudan pemikiran mereka.

Penyesatan politik, penyesatan intelektual, dan penyesatan kultural dirancang untuk: 
  1. melenyapkan sisa-sisa terakhir pemikiran Islam; 
  2. melanggengkan cengkeraman negara-negara kafir terhadap diri dan negeri mereka; 
  3. mengubah pandangan ke-Islaman mereka secara fundamental; dan 
  4. menjerat masa depan mereka untuk selamanya di bawah kendali negara-negara kafir imperialis.
Penyesatan seperti itulah yang digunakan oleh Amerika sebagai senjata untuk mencari dukungan dari para penguasa Arab. Ketika Bernez, asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk urusan Timur Tengah, mengumumkan Rute Perjalanan di Sekitar Palestina dalam kunjungannya ke 12 negara di kawasan tersebut beberapa waktu lalu, kepentingan Amerika jelas bukan hanya untuk menguasai minyak dan memasarkan senjatanya, namun lebih dari itu, Amerika ingin menguasai seluruh kawasan Timur Tengah setelah berhasil mendongkel kekuasaan Saddam Hussein. Amerika menyodorkan nama-nama seperti as-Shalihi, al-Khazraji, dan Ahmad al-Jalabi. Mereka di sebut-sebut sebagai pemimpin masa depan Irak. Padahal, mereka tidak lebih baik bagi rakyat Irak ketimbang diktator Saddam. As-Shalihi adalah pemimpin Gerakan Perwira Irak Merdeka yang menginduk pada CIA. Pada tahun 1995, ia melakukan pengkhianatan sehingga membelot dan lari ke luar negeri. Al-Khazraji adalah jenderal yang paling bertanggung jawab dalam penggunaan senjata kimia pada tahun 1988 di Halbajah. Di mata, Komisi HAM PBB, dia adalah seorang penjahat. Sementara itu, Ahmad al-Jalabi adalah seorang perampok yang melarikan diri ke London, dan pada tahun 1992 telah dijatuhi hukuman 32 tahun oleh pengadilan Jordania. Langkah Amerika ini dilakukan demi mengulang keberhasilannya mendudukkan Hamid Karza’i sebagai penguasa Afganistan. Padahal, banyak orang mengetahui, bahwa Hamid Karza’i sebelumnya adalah penghubung CIA untuk kawasan Afganistan dan menjadi binaan mereka.

Inilah yang tengah dirancang dan dilakukan oleh orang-orang kafir imperialis terhadap umat Islam, bangsa dan negeri mereka. Apa yang telah mereka lakukan dalam Perang Teluk II terbukti telah mengembalikan kekuasaan pemimpin yang korup di Kuwait. Irak sendiri harus membayar mahal peperangan tersebut dengan meninggalnya 1/2 juta anak-anak mereka. Madeline Albright, yang saat itu menjabat Menteri Luar Negeri Amerika, dengan ringan menjawab, “Benar, Irak memang harus membayar harga (mahal) ini.”

Darah, nyawa, dan kehormatan kaum Muslim serta harta benda mereka tidak ada harganya di mata orang-orang kafir imperialis. Amerika dan sekutunya bak monster yang haus darah mengintai mangsa-mangsa negeri-negeri Islam berikutnya. Padahal, 14 abad yang lalu, Rasulullah saw. telah menyatakan:

“Sesungguhnya darah-darah kalian dan harta-harta kalian merupakan kemuliaan bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari kalian ini, di bulan dan di negeri kalian ini (HR Muslim dari Jabir).

Jika demikian kondisinya, patutkah kita menggantungkan hidup dan harapan bangsa serta dunia seluruhnya pada pundak-pundak orang-orang kafir itu, sementara berjuta-juta rakyat mereka sendiri tidak mempercayainya? Masihkah kita berpikir terkotak-kotak oleh nasionalisme yang menghalangi pembelaan kita terhadap saudara-saudara kita di Palestina, Irak, Afganistan, Chechnya dan tempat-tempat lain di seluruh dunia? Masih adakah di antara umat ini yang percaya, bahwa propaganda perang yang ditabuh bertalu-talu oleh kaum kafir imperialis untuk memenangkan kapitalisme, memusnahkan Islam dan umatnya, dilakukan dalam rangka kebaikan dan kemuliaan kaum Muslim?

Apa yang mereka katakan sebagai kemenangan kapitalisme hanyalah kebohongan yang sengaja mereka ungkapkan. Padahal, sebenarnya mereka menipu diri mereka sendiri, setelah mereka menyaksikan kebobrokan demi kebobrokan sistem Jahiliah yang mereka usung dengan mata kepala mereka sendiri di mana-mana. Bukankah Allah SWT telah berfirman:

“Apakah hukum (sistem) Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum dan sistem) siapakah yang lebih baik daripada (hukum dan sistem) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).

Rasulullah saw. juga telah menyatakan dalam Khutbah Wada’-nya:

“Ingatlah, sesungguhnya segala sesuatu yang merupakan perkara Jahiliyah telah dihapus di bawah kedua telapak kakiku” (HR Muslim dari Jabir).

Karena itu, apabila umat ini menghendaki darah, harta benda, dan kehormatan mereka terjaga serta tidak dinodai oleh siapa pun, tidak ada jalan lain selain kembali pada Islam. Sebab, hanya Islamlah satu-satunya yang bisa melindungi seluruh kemuliaan dan kehormatan umat manusia.

Kini saatnya umat Islam di seluruh dunia bangkit melepaskan diri dari seluruh ikatan yang dikendalikan oleh kaum kafir imperialis; apapun bentuk, nama, dan kepentingannya. Setelah itu, mereka harus menyatukan negeri-negeri Islam di bawah naungan Khilafah Islamiah, serta mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia. Allahu Akbar! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)