Nikmatnya Sensasi Menangis karena Allah



Hati ibarat cermin. Semakin bening maka semakin baik melihat. Jika terkotori maka akan semakin buram. Hati bisa karatan, bisa juga buram. Maka seorang Muslim harus membersihkan dan mengasahnya selalu dengan kedekatan kepada Allah dan berbagai macam ketaatan.

Berikut perkara-perkara yang melembutkan dan melunakkan hati:

1. Mengenal Allah, keagungan nama, sifat dan ciptaan-Nya.

Mengenal dalam arti memahami dan mengetahui sebenar-benarnya (ma’rifat) akan keagungan-Nya. Ma’rifat ini akan melahirkan cinta, berharap bertemu dan takut kepada-Nya. Orang cinta menangis karena rindu kepada kekasihnya.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan,” (QS Az-Zumar: 67).

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu,” (QS An-Nur: 35).

2. Membaca Al-Qur’an, merenungi maknanya dan meresapkannya dalam hati

{ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلاْذْقَانِ سُجَّدًا . وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبّنَا لَمَفْعُولاً . وَيَخِرُّونَ لِلاْذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا } [ الإسراء :107-109  .


“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur wajah mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyu',”(QS Al-Israa': 107-109).


Al-Qur'an sebagai kitab suci dan paling indah dari segala sisi seharusnya dibaca dengan baik dan benar serta direnungi maknanya, sehingga bacaan itu meresap ke hati dan memberikan sensasi kedekatan kepada Allah.

Karena itu, diriwayatkan bahwa Rasulullah membaca bismilllah dan diulang-ulang hingga 20 kali. Ini agar maknanya benar-benar meresap di hati dan meresponnya.

Karena itu pula sebagian salaf mengatakan, “Setiap ayat yang tidak aku pahami dan tidak berpengaruh ke hati maka aku menganggapnya tidak berpahala.” Sebagian ulama salaf ketika membaca ayat namun tidak membekas di hati maka dia mengulangnya lagi. Jika mereka melewati ayat tasbih maka mereka bertasbih, jika melewati ayat takbir mereka bertakbir, jika melewati doa dan istighfar, mereka berdoa dan meminta ampun, jika melewati ayat yang menjelaskan ketakutan, mereka meminta perlindungan kepada Allah.

Inilah makna ayat:

(يَتْلُونَهُ حقَّ تِلاَوَتِه) البقرة:121

“Mereka membacanya dengan sebenar-benar membaca,” (QS Al-Baqarah: 121).

Rasulullah saw bersabda, “Al-Qur'an ini diturunkan dengan kesedihan, maka jika kalian membaca maka bersedihlah atau buatlah bersedih,” (HR. Baihaqi, Albani mengatakan hadits ini dhaif).

Sebab di dalamnya ada ancaman siksa dan perjanjian dengan Allah yang mengharuskan untuk menangis dan bersedih.

3. Banyak dzikir kepada Allah

Tujuh golongan yang mendapatkan naungan adalah yang berdzikir kepada Allah kemudian menangis.  Jika bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya di kala sepi, maka ia berhak mendapatkan naungan dari Allah.

Ibnu Qayyim berkata, “Hati itu ada kerasnya, yang tidak akan bisa meleleh kecuali dengan dzikir kepada Allah.”

4. Memperbanyak ketaatan kepada Allah

Dari Abu Muawiyah Al-Aswad, berkata Ahmad bin Sahal, “Barangsiapa yang banyak jujur kepada Allah maka air matamu akan keluar dan Allah akan menjawab doamu.”

5. Mengingat mati

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَاتِ الْمَوْتِ»

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah mengingat hal yang memutus kenikmatan, yakni kematian,” (HR. Ahmad ).

6. Mengonsumsi yang halal
Dalam pandangan Islam, antara hati dan makanan halal memiliki kaitan erat.

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى  الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ  لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ   مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan ad-Din dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati,“ (Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim).

7. Mendengarkan nasihat dengan seksama

عن العرباض بن سارية قال : وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما بعد صلاة الغداة موعظة بليغةً ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب فقال رجل إن هذه موعظة مودع فماذا تعهد إلينا يا رسول الله قال : ” أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيراً وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليه بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ ” .رواه الترمذي ( 2676 ) وقال : هذا حديث حسن صحيح ، وأبو داود ( 4607 ) وابن ماجه ( 42 ) ، وصححه الألباني في ” السلسلة الصحيحة ” ( 2735 ) .

Dari Al ‘Irbadh bin Sariyah ra, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  menasihatkan kepada kami dengan satu nasihat yang menggetarkan hati-hati kami dan air mata pun berlinang karenanya. Maka ketika itu kami mengatakan,’ Wahai Rasulullah, nasihat ini seperti nasihat orang yang mau mengucapkan selamat tinggal, karena itu berilah wasiat kepada kami.’ Beliau pun bersabda, Aku wasiatkan kepada kalian bertakwa kepada Allah, untuk mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian itu seorang budak. Dan barangsiapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Karena itu wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnahnya Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang erat-erat sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hati kalian dari perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru (bid‘ah) itu sesat,” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, disahihkan oleh Albani).

8. Mengingat hari kiamat, minimnya bekal dan takut kepada Allah

Abu Hurairah menangis di saat ia sakit. Ia ditanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Dia berkata, “Saya tidak menangisi dunia kalian ini. Saya menangis karena panjangnya perjalanan ini dan sedikitnya bekal yang kumiliki. Ketika masuk di sore hari saya tidak tahu apakah saya dimatikan untuk surga atau neraka.”

9. Ziarah kubur

عن أنس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها ؛ فإنها ترق القلب وتدمع العين وتذكر الآخرة ولا تقولوا هجراً ” . ‌
رواه أحمد ( 13075 ) وصححه الشيخ الألباني في ” صحيح الجامع ” ( 4584 ) .

Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah kalian ke kuburan karena itu akan melembutkan hati, mengalirkan air mata, mengingatkan kalian kepada akhirat dan tidak mengatakan yang buruk,” (HR. Muslim dari Buraidah bin Hushaib).

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : زار النبي صلى الله عليه وسلم قبر أمه فبكى , وأبكى من حوله (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Nabi berziarah kubur ibunya kemudian beliau menangis dan membuat orang di sekelilingnya menangis,” (HR Muslim) 
(Ahmad Tarmudli/Spirit/salam-online)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)