Kini Saatnya Islam Memimpin



Hanya beberapa jam setelah Tabloid Suara Islam (SI) edisi 127 lalu beredar di tangan pembaca, SMS Center SI kebanjiran SMS dukungan terhadap tiga calon pemimpin umat, Habib Rizieq Syihab, KH Abu Bakar Ba’asyir dan Ustadz Abu Jibril. Hingga tulisan ini dibuat, SMS-SMS itu terus mengalir nyaris tiap menit. Tak kurang dari 2000 SMS kini telah terkumpul di SMS Center SI. Pengirim berasal dari pembaca SI di ujung barat wilayah Indonesia, NAD hingga ke Nusa Tenggara dan Sulawesi. Berdasarkan penghitungan sementara, nyaris 99% pengirim SMS memilih Habib Rizieq Syihab sebagai calon pemimpin Indonesia mendatang.

Apa yang saya paparkan di atas berawal dari tulisan di rubrik MUHASABAH yang diasuh Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH Muhammad Al-Khaththath. Dalam tulisan berjudul “Perlu Wajah Baru Kepemimpinan Indonesia” itu, Ustadz Al-Khaththath mengumumkan kepada umat Islam Indonesia agar memberikan dukungan kepada salah satu dari tiga nama yang disodorkan, Habib Rizieq, ABB atau Abu Jibril.

Semua ini adalah sebagai ikhtiar untuk merubah Indonesia menjadi negara yang bersyariah dan dipimpin oleh orang yang amanah. Sebab sudah 66 tahun lebih setelah merdeka negeri milik umat Islam ini menerapkan sistem buatan Yahudi dan dipimpin oleh orang yang abai terhadap Islam dan urusan kaum Muslimin. Karena itu tak heranlah bila aliran sesat terus dipelihara dan bahkan miras akan dilegalkan. Padahal, seperti dikatakan Imam Al-Mawardi dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah, tugas utama seorang pemimpin adalah untuk mengurusi urusan-urusan agama.

Tetapi anehnya, upaya mulia ini masih saja belum dipahami secara utuh oleh sebagian kecil umat Islam. Ada yang meragukan bahkan tidak sedikit yang pesimistis. Hal ini ditandai dengan dikirimkannya SMS oleh mereka tidak sesuai yang diminta. Sebagai contoh, ada yang berkirim SMS: “nama_alamat_Mahfudz MD Presiden”, ada pula yang berkirim “Prabowo Presiden, Habib Rizieq wapres”, malah ada yang SMS, “nama_alamat_Abu Rusyta’ Presiden”, yang akan membuat orang bertanya-tanya siapa dan orang mana Abu Rusyta’ itu?.  Bahkan di komentar SI Online ada seorang bernama Abu Alif berkomentar, “saya pilih syeikh abu rusytoh sebagai kholifah dunia, bukan presiden yang kecil”. Hmmm....

Nada pesimis lainnya, misalnya dikirim oleh orang yang menamakan dirinya Abi Syafa yang menulis “Bentuk kepemimpinan seperti presiden tetap saja melanjutkan metode dan cara-cara warisan belanda....siapapun individunya ABB, Habib dll sekalipun org-org yg taat ngga bisa bawa bangsa ini dengan cara menjadi persiden...terkecuali ia menjadi seorang kholifah.”. Di SMS Center SI juga ada yang menyatakan terus terang bahwa ia tidak setuju ulama menjadi pemimpin. Menurut si pengirim SMS, ulama selama harus tetap menjadi ulama. Syndrom sekulerisme tenyata masih melekat di benak sebagian umat.

Itulah sedikit contoh pesmisme bahkan ‘penolakan’ dari sebagian kecil umat Islam dengan ide yang dikeluarklan Sekjen FUI untuk memunculkan wajah baru kepemimpinan Indonesia.  Walaupun antusiasme dan dukungan terhadap gagasan itu jauh lebih besar. Ini terekam dalam SMS-SMS masyarakat yang menggambarkan kerinduan mereka dipimpin oleh seorang ulama yang adil dan amanah dan memimpin berdasarkan syariah Islam. Banyak sekali di antara mereka yang menyatakan akan mendukung habis-habisan dan bahkan ada yang menyatakan tiga dari nama calon pemimpin itu sama saja. Artinya siapapun yang terpilih adalah dambaan mereka. Saking semangatnya, ada salah satu pembaca SI yang mengirim sejumlah nama tokoh Islam dan usulan jabatannya dalam kabinet.

Bagi mereka yang setuju dan mendukung upaya yang dirintis melalui media SI ini, saya katakan kita harus konsisten dan memperjuangkanya semaksimal mungkin agar cita-cita itu tercapai. Perjuangan yang sungguh-sungguh dan optimal, insyaAllah akan membawa pada keberhasilan.

Sebaliknya bagi mereka yang pesimis dan mengartikan seolah-olah ini adalah upaya dalam ‘kungkungan demokrasi yang kufur’ dan memilih ‘presiden’ bukan memilih khalifah, yang menurut mereka bakal sia-sia, harusnya mereka baca dengan teliti artikel Sekjen FUI berjudul “Perlu Wajah Baru Kepemimpinan Indonesia” itu.

Sebagai seorang Muslim, aktivis Islam dan apalagi juga mantan ketua umum sebuah gerakan Islam yang mengusung perjuangan Khilafah, tentu saja Ustadz Al-Khaththath tidak akan ‘menggadaikan’ pemikiran-pemikiran yang selama ini diembannya untuk sesuatu yang bersifat pragmatis dan tidak Islami. Saya justru menilainya sebagai gagasan yang kreatif dan progresif. Perkara apakah upaya itu akan diraih melalui jalan PEMILU (intikhab) atau REVOLUSI (Inqilabiyah), tak perlu diperdebatkan. Yang penting umat Islam sepakat untuk perubahan dan mempersiapkan kekuatan untuk mencapainya. Hanya akan menjadi pepesan kosong bila kita terus berdebat soal pemilu (yang dikatakan bagian dari sistem kufur demokrasi), sementara kita tak melakukan upaya nyata penggalangan umat sama sekali.

Perlu diketahui, selain di Suara Islam, gagasan ini telah ditawarkan di berbagai forum pengajian dari kalangan Islam tradisional hingga mereka yang sering disebut Islam fundamentalis. Para jamaah semuanya menerima dan mendukung dengan antusias. Sekali lagi mereka sangat rindu Indonesia yang bersyariah dan pemimpin yang adil dan amanah.

Gagasan ini juga telah disampaikan di depan ribuan umat Islam yang mengikuti Aksi Tolak Pencabutan Perda Anti Miras di depan Kemendagri, Kamis (12/1/2012) lalu. Semuanya yang hadir sepakat mendukung. Bahkan dalam doa penutup aksi itu, Ustadz Al-Khaththath berdoa (dengan bahasa Arab) yang kurang lebih artinya, agar menjadikan Habib Rizieq sebagai amir (imam/pemimpin) yang akan menegakkan hukum-hukum syara’ dan mengemban da’wah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tentu saja, bagi mereka yang paham tentang siyasah syar’iyah akan memahami arti dan maksud doa itu. Sehingga perdebatan tentang istilah ‘presiden’ atau ‘khalifah’ tidak perlu lagi ada.

Sekali lagi, upaya merubah wajah kepemimpinan Indonesia bukan hanya sekedar mengganti orang. Gagasan utama merubah kepemimpinan Indonesia adalah perubahan sistem dari sistem buatan kaum Yahudi (Demokrasi, Kapitalisme, juga Komunisme/Sosialisme) menjadi sistem Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Harusnya cukup jelas apa yang telah ditulis Ustadz Al-Khaththath: “Saya serukan kepada para aktivis dan politisi muslim yang cinta Allah, cinta Rasulullah, cinta syariat Islam, cinta kepada umat: Sudah waktunya para aktivis muslim memulai menyusun langkah untuk menjadikan syariat Allah SWT berdaulat di bumi-Nya ini, khususnya di bumi pertiwi ini. Caranya tidak lain adalah mengubah wajah kepemimpinan Indonesia, dari wajah sekuler atau Islam separo-separo, kepada wajah Islam kaffah. Harus diangkat kepala negara dari kaum muslim garis kaffah untuk memimpin NKRI dengan syariah.  Orang-orang seperti Habib Rizieq, Abu Jibril, bahkan KH. Abu bakar Ba’asyir yang masih di penjara pun layak memimpin negeri ini."

Bahkan kalimat itu masih dipertegas lagi dalam penutupnya, “Insya Allah dukungan nyata itu bagian upaya menolong agama Allah SWT, menegakkan kedaulatan-Nya di Indonesia, dan mengubah wajah kepemimpinan Indonesia menuju Indonesia yang lebih bermartabat dengan syariah.” Dengan penjelasan gamblang begini, apakah Anda masih ragu juga?. Wallahu a’lam bis shawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)