al-Quds dan Palestina Adalah Bumi Kesayangan Para Nabi



al-Quds dan Palestina Adalah Bumi Kesayangan Para Nabi - Tiada habisnya membicarakan tentang al-Quds, Palestina, bumi kesayangan para nabi. Banyaknya peristiwa yang terjadi disepanjang sejarah, semakin meyakinan kita bahwa firman-Nya adalah benar. Orang-orang Yahudi adalah batu sandungan, bagi perjuangan umat Islam dalam menegakkan kalimah Allah hingga akhir hari nanti, dan musuh paling berbahaya. "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orag Yahudi dan orang-orang musyrik”. (QS al-Ma’idah: 82). 

Yahudi hingga sekarang, masih merayakan hari berdirinya masjidil Aqsha, karena 'kecintaan' mereka yang telah lewat 3000 tahun ini, dan mereka berusaha membangun apa yang mereka sebut Haikal Sulaiman. Mereka berprinsip, tidak akan membangun di tempat lain kecuali di Masjidil Aqsha dan Qubah Sokhroh. Mereka mengambil kesempatan dalam kesempitan orang-orang Nasrani yang saat ini berpaham bahwa Isa al-Masih akan turun ke bumi pada permulaan abad ke tiga di Palestina. 

Sejarah telah berbicara bahwa setiap umat mempunyai kiblat masing-masing. Agama samawy sebelum diutusnya Muhammad Saw. semua berkiblat ke arah masjid Aqsa, sampai umat Islam dan Rasulullah Saw. diawal kenabiannya masih menghadap kiblat ke arah Masjidi Aqsa, yang akhirnya berpindah ke Makkah. Ini menunjukkan begitu mulianya masjid ini dihadapan semua agama samawy. Akan tetapi, setelah kebangkitan nabi Muhammad Saw. semua hukum-hukum Nabi sebelumnya dihapus olehnya, demikian juga kiblat ke Masjidi Aqsa dihapus dengan arah kiblat ke Masjidi Haram, tepatnya Ka’bah al-Musyarrafah. 

Namun persoalannya adalah, baik Yahudi maupun Nasrani tak mau mengimani kenabian nabi Muhammad Saw. Padahal telah jelas tertulis dalam kitab-kitab mereka, tentang kebenaran risalah Nabi Muhammad Saw. Allah berfirman: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani, yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad, seperti mereka mengenal anak-anaknya" (QS al-Baqarah: 146) 

Mereka tahu, bahwa kenabian Muhamad Saw. dibenarkan dalam kitab-kitab mereka, akan tetapi karena kesombongan, dan karena nabi Muhammad tak dilahirkan dari bangsanya, meraka tak mau mengimani apa yang dibawanya. Hingga tetap memusuhi pengikutnya dalam jangka waktu selamanya. 

Kiblat orang Yahudi dari dulu hingga sekarang, adalah tempat yang dibangun oleh Ibrahim As, untuk yang pertama kali dan disempurnakan oleh Sulaiman As, dengan bangunan yang lebih besar. Tempat inilah, yang mereka namai dengan Haikal Sulaiman, nisbat kepada Sulaiman As. Dan nama ini diubah menjadi Masjidil Aqsha, setelah berpindah ketangan umat islam. 

Sejarah mencatat, bangunan ini telah dua kali dihancurkan. Pertama oleh raja Babilonia Bakhtansar pada tahun 587 SM, dan yang kedua kali pada tahun 70 M, ditangan Toitos dari Romania. Bangunan ini dihancurkan hingga rata dengan tanah, kecuali bangunan di sebelah barat laut, yang masih termasuk sebagian dari masjidi Aqsha, itulah tempat ditambatkannya buroq di malam Isra Mi’raj. Orang Yahudi menyebut tempat ini dengan istilah dinding ratapan. Dan peristiwa dua kali penghancuran ini, diabadikan al-Quran di surat al-Isra' ayat 4. 

Demikianlah, hingga selamanya orang-orang Yahudi akan terus menerus berkiblat ke arah Haikal itu, dan mereka akan selalu merindukan suatu hari terebutnya Masjidil Aqsha ke tangan mereka, yang telah mereka sebut hari itu dengan nama hari Haikal ketiga. 

Demikian juga orang-orang Nasrani akan mengaharapkan seperti itu, akan tetapi mereka menyerahkan semuanya ke orang-orang Yahudi, hingga nanti setelah terebut oleh mereka, mereka akan bergandeng menguasai Masjidil Aqsha. Maka tak heran, bila saat ini Amerika diam, bahkan membantu mereka dalam masalah Palestina. Begitu juga kebanyakan negara-negara Eropa hingga PBB diam ketika melihat para Yahudi menginjak-injak dan menghabisi bumi Palestina. 

Kesempatan Yahudi selama dua ribu tahun ini, belum ada kecuali di abad sekarang, setelah mereka berusaha sedikit demi sedikit mencapai mimpi mereka, hingga hampir tercapainya cita-cita mereka pada tahun 1967, dimana kota al-Quds dibawah kekuasaannya. Akan tetapi ternyata ini tidaklah mudah bagi mereka, karena dengan takdir Allah kota al-Quds kembali berada dibawah tangan Islam hingga saat ini. 

Kumudian, tiada ayat ataupun hadis Nabi yang menyebutkan bahwa Masjidi Aqsha akan selalu dilindungi dari kehancurannya. Ka’bah al-Musyarrafah sendiri pernah dihancurkan sebelum ini pada zaman al-Hajjaj, dan peristiwa ini tak diberi tanda oleh Allah akan terjadinya peristiwa ini, baik dalam al-Quran ataupun hadis. Demikian juga hajar Aswad, pernah tercabut secara paksa dari tempatnya pada zaman al-Qaramithah, dan dipindahkan di al-Bahrain, hingga dapat dikembalikan lagi di tempatnya semula. Semua ini tak ada isyarah dalam nash, maka kita tak dapat berhujjah dengan apapun tentang perlindungan al-Quds, kecuali oleh usaha dan perjuangan kita umat Islam sendiri. Bagaimana agar tetap dapat menjaga warisan ini, di tangan kita selamanya. 

Dan seandainya benar-benar terjadi peristiwa ini (na’udzubillah), manusia akan bertanya-tanya, bagaimana masjid mulia ini bisa jatuh dari tangan kita. Kita katakan bahwa, Masjidi Aqsha telah berliku sejarah dilaluinya, jatuh dan terebutnya kembali di tangan muslimin, dan akan tergenggam lagi ditangan kaum muslimin. 

Karena perlu kita ingat bahwa bumi Palestina, adalah bumi yang mulia, seperti tersebut di ayat 1 surat al-Isra'. Di masjid ini ada hukum syariah umat Islam, di mana afdhalnya kita bila shalat disana, dan juga dia tempat yang diperintahkannya kita berusaha mengunjunginya setelah masjidi Haram dan masjid Nabawy, baik bangunan itu ada ataupun tidak. 

Begitu juga, tanah sekitar masjid Aqsha termasuk masjid, sebagaimana Nabi Ibrahim shalat di tanah itu, walau belum dibangunnya masjid disana. Sejarah juga menunjukkan belum dibangunnya kembali setelah hancurnya Masjidi Aqsha yang kedua kali, hingga kebangkitan nabi Muhammad Saw. Dimana khalifah Umar bin Khatab dulu membangunnya dengan kayu, kemudian di sempurnakan dengan batu di jaman khalifah al-Walid bin Abdul Malak dengan bentuk yang sekarang ini kita lihat. Kemudian berlalu zaman dengan dipeliharanya al-Aqsha oleh kaum muslimin dengan baik, hingga zaman ini yang kita sangat lalai terhadapnya. 

Pada akhirnya kewajiban kita sebagai pembawa amanah masjid mulia ini, adalah usaha kita, mulai dari diri kita dengan sedikit demi sedikit mengurangi perbuatan-perbuatan dosa, dan semakin meningkatkan takwa kepada Allah Swt. Kemudian doa, semoga Allah tetap memelihara masjidi Aqsha ditangan kita, dan ditumpasnya para kafirin itu dari bumi ini. 

Itulah sedikit kabar tentang Israel, yang semoga bisa menggugah semangat kita untuk saling membahu merapatkan barisan, dimana di dalam negara Israel sendiri ada 120 jamaah dan tak kurang dari 25 jamaah darinya adalah jamaah yang khusus dibentuk untuk mencapai mimpi negara itu, menghancurkan masjid Aqsha dan membangun Haikal itu. 

Semoga Allah cepat menurunkan pertolongannya dan terkembalinya kalimah tauhid merata di muka bumi ini. Amiiin. 
Ya Allah satukanlah jiwa kami, tetapkan jiwa kami, dan janganlah dosa-dosa orang-orang diantara kami menghalangi akan turunnya pertolongan-Mu kepada kami…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)