11 Kesalahan Orientalis Dalam Memahami Alquran



Alquran adalah Firman Allah SWT yang memiliki ciri-cirinya sendiri sebagai teks suci. Yang berbeda dengan ciri-ciri umum sebuah buku karangan manusia. Di antara ciri-ciri yang hanya dimiliki Alquran antara lain:

Pertama, Alquran menggunakan bahasa Arab, yang tidak hanya menulis alphabetnya dari kanan ke kiri, tapi juga menulis angka numeriknya dari kiri ke kanan.
Kedua, Alquran mengatur penulisan teksnya, tidak berdasarkan urutan turunnya ayat atau surahnya, tetapi berdasarkan perintah langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW Utusan-Nya.
Ketiga, Alquran menggunakan kata ganti untuk Diri Allah SWT, tidak hanya menggunakan kata ganti Saya (Ana), tapi juga menggunakan kata ganti Kami (Nahnu)  dan Dia (Huwa).
Keempat, Alquran menggunakan gramatika bahasa, yang dalam struktur kata atau ayatnya, tidak hanya bisa merujuk pada makna kata atau makna ayat sebelumnya (di belakangnya), tapi juga bisa merujuk kepada makna kata atau ayat sesudahnya (di depannya).
Kelima, Alquran menyampaikan pesan tauhid sebagai pesan intinya, tidak hanya menggunakan pendekatan deskriptif, tapi juga pendekatan matematis dalam struktur bangunan ayat dan surahnya.
Keenam, Alquran menyampaikan keseluruhan deskripsi kandungan isinya, tidak hanya  dalam 114 surah, tapi juga menyampaikan deskripsi keseluruhan isinya dalam  kapsulasi satu surah.
Ketujuh, Alquran dalam menguraikan pesan  tauhid, tidak hanya dengan menggunakan sebanyak 323.671 huruf, tapi juga menyampaikan pesan tauhid itu dalam kondensasi satu huruf.
Kedelapan, Alquran tidak hanya dapat dibaca dan dipahami makna ajaran yang dikandungannya, tapi juga dapat dihafal keseluruhan teksnya yang terdiri dari 114 surah, yang dicetak dalam sekitar 700 halaman.
Kesembilan, Alquran tidak hanya dapat dilombakan dalam penguasaan kandungan maknanya, tapi juga dapat dilombakan dalam penguasaan keindahan nada bacaannya.
Kesepuluh, Alquran bila dipelajari dengan niat yang tulus dan jujur, tidak hanya akan memperoleh pemahaman tentang makna  pesan-pesan yang dikandungnya, tapi juga akan mendapatkan hidayah keimanan, sehingga menjadi Muslim setelah memahaminya.
Kesebelas, Alquran tidak hanya memerintahkan manusia untuk berpikir tentang keseluruhan sistem kehidupan ciptaan-Nya, tapi juga memberikan contoh pendekatan sistem dalam menguraikan detil pesan-pesannya.
Itulah di antara ciri-ciri yang khas dimiliki Alquran, firman Allah SWT, sebagai petunjuk bagi kehidupan seluruh umat-Nya. Karena itu, siapa saja yang ingin mempelajari Alquran secara serius dan mendalam, perlu menyadari terlebih dahulu bahwa Alquran adalah sebuah Buku Bacaan yang khas (unik) dilihat dari pengaturan penulisan, bahasa, komposisi, ketelitian, tema, isi, penyampaian, keaslian, kesucian dan dampak yang ditimbulkannya. 

Sehingga, perlu menyadari sejak awal, bahwa berpegang pada konsep sebuah buku biasa yang dipahami selama ini, tidak akan menolong. Bahkan boleh jadi akan menghambat, untuk pencapaian pemahaman yang utuh dan benar tentang kandungan Alquran. 

Dan di sinilah letak kesalahan mendasar dari para orientalis Barat dalam memahami makna Alquran, selama ini. Mereka (para orientalis) mempelajari Alquran sebagai sebuah buku biasa, dengan ciri-ciri buku pada umumnya yang mereka pahami. Maka, hasil studi mereka sudah dapat diduga, bukanlah suatu pemahaman yang benar tentang kandungan Alquran. 

Bahkan sangat disesalkan, tanpa mereka sadari dan mau mengerti, apa yang dihasilkan para orientalis adalah kesimpulan-kesimpulan dan kritik-kritik yang salah, sehingga menyesatkan orang banyak tentang Alquran. 
           
Maka, untuk mempelajari dan memahami kandungan makna Alquran, perlu diawali dengan pendekatan dan niat yang tulus dan jujur. Ketulusan dan kejujuran dalam berusaha memahami secara optimal ilmu dan hikmah yang dikandung Alquran, dengan memosisikan Alquran secara benar, yaitu sebagai kitab suci, firman Allah SWT. Karena tidak ada yang mengetahui secara persis kandungan ilmu dan hikmah Alquran, selain Allah SWT sendiri. 

Tugas kita adalah berupaya optimal agar pemahaman kita bisa mendekati makna yang sesungguhnya. Dengan tujuan agar ilmu dan hikmah Alquran yang kita pahami, dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas zikir dan syukur, shalat dan doa kita, sehingga dapat semakin mendekatkan diri kita kepada-Nya.
DR M Masri Muadz MSc (Penulis Buku Paradigma Al-Fatihah) // republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ahmadiyah (1) Akhlak (26) Bibel (6) Dajjal (1) Dakwah (43) Fatwa (2) Firqah (3) Hak Azazi Manusia (16) Ijtihad (2) Islam (33) Jihad (19) Kristen (19) Liberalisme (49) Mualaf (9) Muslimah (15) Natal (2) NU (1) Orientalis (9) Peradaban (52) Poligami (11) Politik (34) Ramadhan (10) Rasulullah (24) Ridha (5) Sahabat (1) Sejarah (42) Suharto (1) Tasawuf (29) Tauhid (21) Tawakal (4) Teroris (16) Trinitas (9) Ulama (1) Yahudi (37) Yesus Kristus (34) Zuhud (8)